Akhirnya, setelah dua minggu nggak
pulang kampung. Hari itu, Sabtu, 22 April, aku bisa balik ke Gresik, yay!
Ketemu lagi dengan malaikat-malaikatku; ayah, ibu, dan adik bungsuku. Aku
seneng banget liat wajah ibu, saat aku baru buka pintu dan ngucapin salam,
beliau langsung bilang, “Mbak Ayu pulang, Ibu ini wis kangen.” Seperti biasa, saat aku memasuki rumah setelah sekian
hari berada di kota rantau, ibu menyambutku, aku salim dan seperti biasa, cipika-cipiki. Kebersamaan itu, kami mulai dengan
ngobrol-ngobrol ringan.
Tiba-tiba mbak saudaraku dateng. Setiap ngobrol dengan beliau, kami
seringkali membicarakan soal buku, entah yang sudah lama kami baca, atau yang
akan terbit. Ya, tiba-tiba beliau ada ide untuk foto dengan koleksi buku kami
yang tersusun (kurang) rapi di sudut kamarku. Dan hasilnya...
Yap! Aku suka banget idenya,
meskipun buku-buku itu nggak semuanya milikku. Tapi setidaknya, aku pingin
suatu saat bisa mengoleksi berbagai macam buku, dan bikin sebuah pustaka di
salah satu sudut di kamarku nantinya. Entah sudah berapa tahun kami mencoba
untuk mengumpulkan buku-buku itu. Selain mengambil setiap makna dan pelajaran
yang ada di dalamnya, kami sebagai pecinta buku, seperti bangga gitu kalau kami
sisihkan sedikit uang untuk mengoleksi buku-buku itu. Kalau kata mbak sih,
“buku itu abadi, meski
sudah usang, atau kita beli berpuluh-puluh tahun yang lalu pun, ilmu yang di
dalamnya itu bakal abadi, nggak akan kadaluarsa.”
Setelah prosesi foto-foto selesai,
kami bertiga; aku, mbak, dan
adikku sama-sama mengupload foto di instagram masing-masing. Di akun IGku
reaksi yang kutuai dari beberapa teman dunia mayaku, beragam. But, totally, they appreciated me. Aku
juga heran, padahal di bagian bawah caption sudah kutulis, bahwa sebagian besar
koleksi itu adalah milik mbak, tapi
masih banyak aja yang tanya,
”wah itu punyamu semua,
Yum?” dan sejenisnya. Tapi nggak apa-apa lah, hehehe.
Sedikit cerita tentang bagaimana aku
bisa suka baca dan (koleksi) buku. Awalnya, entah beberapa tahun yang lalu, mbak mulai mengoleksi buku-buku bacaan
yang berfaedah; buku-buku motivasi, novel-novel religi, dan genre sejenis.
Intinya beliau nggak suka dengan buku yang menye-menye, berbau cinta ABG. Hingga akhirnya kebiasaan itu, mempengaruhi seleraku
juga, yang mengantarkanku pada sebuah hobby baca buku dari hasil pinjeman.
Maklum, minim budget. Tapi, aku bersyukur, karena beliau selalu
merekomendasikan buku mana yang bagus untuk dibaca oleh kami. Aku pun tertarik
untuk mulai mengoleksi buku-buku sejenis. Kami akan sangat bahagia ketika ada
event diskon buku, seperti halnya BBW dan Islamic Book Fair atau event serupa.
Back to topic. Paginya, Minggu, 23 April 2017, kami
baru sadar bahwa ternyata hari itu adalah Hari Buku Internasional. And we were
like... Kenapa kok ya nggak nguploadnya hari itu, HEHEHE. Last but not least,
Happy International Book Day to all
book-lovers!
Happy reading, and keep enjoying it!
Remember, reading is awesome!