Sabtu,
22 September 2018
Setelah menggelar konferensi
meja bundar dan berkontemplasi terkait akan naik apa besok ke venue konferensi
dan sebagainya. Akhirnya, kami memutuskan naik grab dari SS City Hotel menuju
ke International Islamic University Malaysia. Kurang lebih setengah jam kami
sudah sampai di UIA atau Universiti Islam Antarabangsa (orang Malaysia lebih
akrab dengan sebutan ini). Well, pertama kami turun dari grab, kami sangat
amazed dengan kondisi kampusnya yang MasyaAllah banget. Pertama, doi bertempat
di dataran tinggi dan kebetulan saat itu Malaysia lagi musim hujan. Jadi,
bener-bener adem. Kedua, suasananya masih alami banget. Banyak pohon-pohon,
ijoooo gitu. Ditambah bangunan-bangunannya megah dan ala-ala Turki (kayak
pernah ke Turki aja wkwk). Sangat cocok untuk menuntut ilmu. Terlebih kita
pasti membutuhkan suasana senyaman ini kalau-kalau lagi suntuknya dengan
tuntutan perkuliahan.
Oke, kembali ke cerita. Dari
depan rektori (rektorat) kami jalan mencari Kuliyyah of Engineering, yaitu
venue konferensi kami. Setelah muter-muter sembari exploring IIUM, kami pun
melakukan registrasi ulang dan sudah diperbolehkan masuk venue. Sekitar pukul
9, acara dimulai yang dipandu oleh 2 MC. Pembacaan tilawah dilanjutkan dengan
sambutan-sambutan oleh ketua panitia, ketua PPI Malaysia chapter IIUM, dekan
dari Kuliyyah of Engineering serta perwakilan KBRI yang kemudian dilanjut
dengan dibukanya agenda AYC 2018 ini secara simbolis dengan pemukulan gong. Sebelum
masuk ke sesi konferensi, seluruh audiens disuguhkan penampilan musik
tradisional Malaysia.
Konferensi berjalan selama 4
sesi dengan keynote speakers yang semuanya orang Indonesia. Materi yang
dipaparkan pun menarik, seputar strategi dan mostly talked about economic
stuffs untuk menyongsong Revolusi Industri 4.0. Aku yang notabene dari cluster
soshum tried to involve banget dalam penyampaian materi. Ada yang membahas
seputar gas negara serta ada juga materi mengenai wacana jaringan 5G. Untungnya,
ada 1 sesi dimana materinya membahas tentang sosial media yang disitu aku bisa paham pembahasaanya. Sebuah hal yang akan
selalu menarik bagi siapa saja, nggak peduli dari cluster apa. Alasannya yak arena
hal itu selalu bersinggungan dan beriringan dengan kehidupan kita. Sesi terakhir
membahas lebih dalam mengenai metode-metode penelitian. Dengan disampaikannya
sesi 4 sebagai penanda bahwa agenda pertama konferensi telah selesai.
Dipisahkan dengan jeda break
shalat dan makan. Sesi presentasi akan dilakukan setelahnya. I was very
nerveous since I have not been joining this kind of event. Ini pertama kali
ikut konferensi selama di kuliah. Nggak dipungkiri rasa gugup itu pasti ada. Nderedeg, kalau-kalau kelupaan materi
pas lagi presentasi di depan. Ah, nggak lucu rasanya. Dengan ketersediaan waktu
hanya 3 menit untuk pemaparan materi dengan kompleksitas isinya harus
tersampaikan merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi kami para peserta. Bertempat
di GAMMA 74 (kalau nggak salah), aku dan tim masuk ke ruangan. Kebetulan
kelompok kami, urutan ketujuh untuk presentasi. Ohya, fyi, sebeanrnya cluster
paper kami ini masuk ke dalam sosial. Tapi, nggak tau kenapa kami dikelompokkan
ke cluster ekonomi dan bisnis. Jadi, di dalam ruangan itu, mostly peserta
mengangkat isu-isu ekonomi. Setelah peserta keempat, lima, enam dan akhirnya
giliran kelompokku. Tiga menit ditambah beberapa menit sesi tanya jawab berjalan
nggak berasa. Well, setelah beberapa pertanyaan yang masuk, akhirnya aku bisa
duduk lagi. Whoaaah! Alhamdulillah bener-bener lega, meski masih banyak banget
kurang selama presentasi. Yet, at least, I did it!
Seluruh peserta sudah
mempresentasikan papernya, kami pun langsung istirahat dan shalat sembari
menunggu pengumuman. Menyusuri setiap lorong Kuliyyah of Engineering yang klasik
yang patut untuk diabadiakan hehehe. Kami juga mampir ke kantin untuk sekedar
berbincang atau menyantap makanan dari panitia. Setelah istirahat, sesi
penghargaan untuk best presenter dan paper dimulai. Sayangnya, tim kami nggak
berhasil menyabet reward itu. Ya soalnya aku mikir, “aku mah lancar presentasi
aja udah Alhamdulillah, nggak muluk-muluk berharap menang”. Mental tempe yang
harus dibuang jauh-jauh dan berujung penyesalan. Terlalu rendah diri kadang
membuat diri kita sendiri nggak berharga, ya sebab mulut dan pemikiran kita
sendiri. So, now, I have a target, di konferensi atau event sejenis kudu bisa
nyabet salah satu kategori pemenang. Well, aamiin. Hehe. Pengumuman selesai. Seluruh
peserta bisa langsung mengambil sertifikat.
Kami berlima ditemani Salma
(mahasiswi UNAIR yang sekarang sedang exchange di IIUM) menyusuri area kampus
sambil dia jelasin beberapa hal mengenai kampus tempat dia studi sekarang. Sekilas
menapaki halaman masjid kampus, kami menuju ke depan gedung rektorat. Alih-alih
nantinya bisa langsung pesen grab disana. Eh saking asiknya, sampe udah masuk
waktu maghrib. Akhirnya, kami kembali ke masjid untuk shalat maghrib dan
bergegas untuk pesen grab. Jadi, salah satu hasil dari konferensi meja bundar
pada Jumat malam, kami memutuskan untuk nonton film Munafik 2 di Berjaya Times
Square. Film yang belum rilis di Indonesia. Semua ini karena inisiasi dari Diki,
biar dapat suasanya berbeda katanya. Film ini seremnya banget banget, tapi di
balik sisi itu, banyak hal dan nilai-nilai kehidupan yang bisa dipetik.
Durasi filmnya kurang lebih 2
jam which is itu sekitar jam 11 kalau nggak salah. Kami pun keluar dari bioskop
dan memutuskan ke hotel jalan kaki karena memang deket banget. Setelah sampe di
hotel, istirahat dan shalat, kami turun lagi nyari makan malam lagi-lagi nasi lemak wkwk. Sedikit ngobrol tentang destinasi yang bakal dikunjungi di hari esoknya. Usai makan,
kami pun balik lagi ke hotel dan istirahat. Good night!
To be continued.