Assalamu'alaikum wa Rahmah wa Barakah.
Mei hadir dengan balutan Ramadhan dan nggak terasa rupanya Ramadhan sudah berjalan satu minggu. Semoga kita masih berada dalam jalur marathon untuk mengais keberkahannya dengan selalu berfastabiqul khoirot.
Di postingan kali ini, saya ingin sedikit mengulas balik sebuah cuplikan dari buku yang pernah saya baca.
Tahun lalu, saya menamatkan buku Bertumbuh. Sebuah masterpiece kolaborasi antara penulis-penulis-yang kini menjadi-favorit saya. Ternyata memang benar, sesuai judulnya, buku itu mampu mengajarkan pembacanya untuk bertumbuh dan berkembang dalam memaknai setiap serial kehidupan. Sebenarnya banyak poin yang sangat melekat dalam ingatan saya pasca membaca buku tersebut. Namun, pada kesempatan ini, saya hanya ingin membagikan salah satu poinnya:
Yaitu nasihat bahwa hidup adalah connecting the dots.
source: unsplash.com |
Kalau tidak salah, materi ini dituliskan oleh Iqbal Hariadi, yang juga terkenal dengan Podcast Subjective-nya. Connecting the dots maksudnya adalah tiap-tiap kejadian atau peristiwa yang terjadi per detik dalam hidup kita, akan mempunyai korelasi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan kita baik di masa lalu, masa sekarang, atau masa datang. Episode-episode berbeda itu bagaikan titik-titiknya, sedangkan menyambungkan berbagai episode itulah yang disebut connecting the dots.
Usai membaca materi tersebut, saya mengangguk tanda setuju, sambil sesekali mengingat-mengingat kejadian dalam kehidupan saya untuk menguatkan, sebelum benar-benar "mengantonginya". Sebenarnya, dari satu nasihat ini mampu mengantarkan kita pada nasihat lainnya yakni untuk selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian. Tidak hanya kejadian yang menyedihkan, menyebalkan atau bahkan yang membahagiakan. Tapi, juga dalam serial kehidupan yang mungkin menurut kita flat dan tak bermakna.
Tanpa kita sadari berbagai kejadian tersebut akan mampu memberikan kita bekal dalam menentukan keputusan atau ketika kita dituntun keadaan. Tentunya, semua itu atas kehendak Allah. Tapi, hanya hambaNya yang pekalah yang mampu mengambil hikmah-hikmah itu. Semoga kita termasuk di dalamnya.
Sebenarnya, jika diingat-ingat banyak sekali kejadian dalam kehidupan saya pribadi yang merupakan implementasi dari connecting the dots ini. Kebanyakan adalah berkaitan dengan perjalanan. Pernah, pada suatu hari, setelah saya mengambil data untuk skripsi di salah satu sekolah, saya melewati jalan di depan Stasiun Gubeng Baru menuju UNAIR. Bagi kalian yang pernah melewati jalan tersebut mungkin menyadari bahwa setelah hotel Sahid akan ada SPBU. Di antara keduanya ada satu jalur yang sebenarnya tidak boleh dilewati dari arah tersebut, ditandai dengan "plang belok kiri coret". Artinya, sebagai pengendara, kita masih harus lurus ke jalur yang diperbolehkan. Tapi, nyatanya, masih banyak pengendara "nakal" yang menerobos jalur itu, termasuk saya hehehe.
Hari itu, saya merasa agak aneh. Pertigaan jalan sebelum Hotel Sahid dari arah pintu keluar Stasiun Gubeng yang biasanya dijaga polisi namun pada hari itu nihil petugas. Saya sedikit was-was. Sambil terus mengendarai motor dengan kecepatan sedang, eh tepat sebelum saya belok kiri, ternyata di jalur tersebut sudah ada banyak polisi. Mungkin untuk sidak atau operasi, saya juga kurang tahu. Akhirnya, saya putar balik melewati SPBU dan "berjalan" lurus. Sampai pada akhirnya saya sedikit bingung dihadapkan pada jalan-jalan yang kurang familiar dengannya. Bismillah.
Akhirnya saya teringat, dulu pernah mengantarkan adik les saya melewati jalur tersebut dan Alhamdulillah. Tanpa nyasar, saya pun malah menemukan jalan yang lebih dekat dibandingkan dengan jalur terlarang yang biasanya saya lewati. Berkali-kali saya mengucap syukur karena berkali-kali pula Allah selamatkan saya dari tilang polisi. Hehehe.
Kejadian kedua, juga sebenarnya masih berkaitan dengan skripsi saya. Lebih tepatnya ketika saya harus mengurus surat di salah satu dinas di Surabaya. Saat itu, saya mengecek apakah surat saya sudah selesai atau belum. Ternyata, petugas yang saya temui mengatakan bahwa saya harus mengumpulkan proposal penelitian. Akhirnya, ditemani sahabat saya, Lusmita. Saya mengatakan padanya,
"Udah, nggak papa kita balik kosku aja, Lus. Nanti biar aku balik lagi kesini sendiri."
"Udah, nggak papa kita balik kosku aja, Lus. Nanti biar aku balik lagi kesini sendiri."
Tapi dia tetap meminta saya untuk mencari warnet di daerah situ. Dimana daerah itu sangat asing bagi saya. Hingga akhirnya, saya teringat bahwa saya pernah satu kali mengadakan acara di daerah tersebut. Meski tidak tahu banyak, tapi saya yakin pasti Allah akan menunjukkan jalan.
Saya duduk di belakang motor, hanya mengarahkan, sambil berdoa.
"Kamu masuk gang itu aja, Lus. Aku pernah ada kegiatan disini, tapi nggak tau juga ada warnet apa nggak. Bismillah."
"Habis itu coba nganan ya."
Eh ternyata, tepat setelah kami belok kanan, disitu ada warnet. Whoaaa! Alhamdulillah. saya bisa mengumpulkan proposal tanpa perlu bolak balik ke kos karena jarak dari tempat itu ke kos kami bisa dibilang lumayan jauh. Berkali-kali, saya mengucap syukur atas setiap dots-dots yang sudah tersambungkan dan berharap tetap bisa menarik garis dari tiap titik-titik itu.
Anyway selamat memupuk ladang amal di Bulan Ramadhan! Semoga kelak kita bisa memanennya dengan raut bahagia dan haru.
Anyway selamat memupuk ladang amal di Bulan Ramadhan! Semoga kelak kita bisa memanennya dengan raut bahagia dan haru.