Tahun Ketiga di Kampus

June 22, 2018

Memasuki minggu ke sekian libur semester plus lebaran, setelah dua minggu berkutat dengan paper-paper sebagai tugas akhir beberapa mata kuliah semester 6. Ditambah bertepatan dengan Ramadhan, jadi ya bisa dirasakan bagaimana atmosfernya. Dua minggu yang mendebarkan, dan setelah beberapa bulan vakum dari dunia blog, kini aku kembali. Yeay! (Padahal belum tentu ada yang baca). Sebenernya, dari awal tahun 2018, ada beberapa ide yang pingin aku tuangkan di sini. Tapi, nggak tau kenapa selalu males ngelanjutin setelah sampai di titik tertentu. Jadilah, blog ini so usang hehe. Baiklah, karena sekarang adalah momen-momen liburan. Maka, aku akan mengulas sedikit bagaimana semester 6 ku berlalu, sekaligus sebagai reminder bahwa masa-masa di kampus sudah nggak lama lagi. Huaaa... Jadi, mohon maaf kalau tulisan ini akan melebar kemana-mana karena aku cuma mau bernostalgia sekaligus evaluasi diri.

Seperti biasa, ketika akan memulai sesuatu yang baru, aku akan berusaha sebisa mungkin menata semuanya dengan rapi. Dari yang menyiapkan berbagai macam stationeries, planner harian, mingguan, bahkan bulanan. Tujuannya, agar ada semangat baru dalam menyambut lembaran hidup yang baru itu (re: semester 6) serta adanya planner bisa membantu aku dalam menata kegiatan-kegiatan yang bakal aku jalani. Pun, ini ada kaitannya dengan how I manage my time.

Sebelumnya, aku sudah membuat komitmen dengan diriku sendiri untuk mengurangi beberapa kegiatan atau organisasi di semester 6 dan setelahnya. Sempat ditawari untuk ikut beberapa organisasi tapi karema pertimbangan-pertimbangan tertentu, akhirnya, hanya ada sekian organisasi dengan masa bakti sampai akhir tahun 2018 ini. Selain komitmen tersebut, aku juga berusaha menyetting goals yang harapannya bisa tercapai di semester 6. Tapi, sampai semester berakhir pun, paling cuma beberapa poin aja yang sudah achieved. Huhuhu.

Sebelum memasuki semester 6, beberapa teman dari Ilmu Sejarah memintaku untuk mengajari mereka bahasa Inggris (Grammar) untuk persiapan tes ELPT sebagai salah satu syarat kelulusan, mengingat kami sudah menginjak semester yang bisa dibilang senja. By the way, lebih tepatnya sih, belajar bareng. Alhamdulillah agenda tersebut bisa berjalan meski cuma beberapa pertemuan. Dan nggak tau kenapa, seiring berjalannya waktu, kegiatan itu sirna dengan sendirinya. (Maafin aku ya gengs T_T). Mungkin, karena sudah pada berada di kesibukan masing-masing. Mayoritas mereka sudah ambil proposal skripsi. Sementara aku baru semester 7 ini, doakan ya lancar sampai skripsi! Aamiin.

Selain itu, hal-hal lain yang menyangkut akademik adalah kesadaran untuk mulai meningkatkan score test ELPT, atau kayak TOEFL gitu. Sebagai syarat kelulusan, utamanya jurusan Sastra Inggris, minimal harus reach 550. Nah sebenernya, di semester-semester sebelumnya udah kepikiran untuk mulai test test gitu, tapi mesti nggak memprioritaskan. Acuh lah istilahnya. Jadilah, April baru test, pertama kalinya, setelah test ELPT waktu maba. And the result was aku masih harus hard working to improve my score :( Doakan lagi ya!

Di semester ini juga aku mencetak rekor bolos terlama dari semester-semester sebelumnya. Setelah menjadi salah satu panitia agenda safari dakwah yang memang padat banget jadwalnya dan beberapa kegiatan, akhirnya aku pun tepar dan didiagnosa sakit DB. Hal itu mengharuskan ku opname di salah satu RS di Gresik selama 5 hari, dan bolos kuliah selama seminggu. Untuk pertama kalinya selama 20 tahun aku dirawat di rumah sakit. (Alay bgt sih Yum). The one who always besides me is, of course, my mom. Nggak tega banget liat ibu stand by jagain aku di rumah sakit, naik turun tangga pas kebetulan kamar aku di lantai 3. Aku yang sempet dirawat sehari di puskesmas, dan akhirnya harus dipindah ke RS yang lebih mumpuni karena kondisiku yang kian menurun. Tapi, Alhamdulillah, 4 hari di RS itu akhirnya boleh pulang meski badan masih belum seratus persen fit. Oke, back to my academic stuffs.

Ohya, seperti pada semester-semester sebelumnya, di semester ini juga ada dua PKL: mata kuliah TEFL (Teaching English as Foreign Language) dan Psycholinguistics. Jadi PKL yang pertama, TEFL, as its name, aku dan kelompok mencari salah satu SMP atau SMA di Surabaya untuk mengajar Bahasa Inggris. Akhirnya, kami memutuskan PKL di SMPN 37 Surabaya dan Alhamdulillah berjalan lancar selama satu bulan dengan bimbingan Pak Gun (guru bahasa Inggris) dan sambutan hangat dari beberapa guru di sana. Banyak pelajaran yang bisa diambil selama masa PKL. Bahwa memang jadi guru itu nggak gampang lho! Kita harus menyiapkan bahan ajar setiap kali akan mengajar atau menyampaikan materi. Bayangin aja, kita ngajar tanpa persiapan apapun. Pasti bakal kagok. Persiapan ini bukan melulu tentang materi pelajaran sih. Karakter dan kebutuhan siswa juga perlu diperhatikan. Selain itu, setiap hari seorang guru harus datang lebih awal. Belum lagi, kalau ada murid-murid bandel. Masya Allah, aku aja hampir nyerah wkwk. Masih banyak lagi kenangan PKL TEFL ini yang akhirnya menyadarkan bahwa memang peran guru itu means a lot dalam perkembangan kita. Semoga guru-guru kita senantiasa dilindungi Allah SWT ya :')


the last moment met them
PKL kedua adalah mata kuliah Psycholinguistics, yaitu menganalisis respon anak-anak ABK ketika dibacakan sebuah cerita. Ini juga penuh perjuangan banget. Aku dan kelompok kebetulan kebagian kelompok tuna netra. Jadi, kami harus mencari SLB A (tuna netra) untuk melakukan observasi. Awalnya kami udah menemukan salah satu SLB A di Surabaya, dan perijinan berjalan lancar dengan satu kali lobbying, tapi ketika surat untuk persyaratan birokrasi sedang diurus. Sebuah kabar nggak mengenakkan beredar, bahwa sekolah tersebut merubah jadwal UAS karena suatu hal. Sehingga, segala macam jadwal dan appointment yang udah kita susun jadi berantakan. Means that kita udah nggak bisa melakukan observasi di sana. Akhirnya, kami sekelompok, mendata sekian SLB tipe A yang ada di Surabaya. Pencarian selanjutnya, nihil hasilnya. Yayasan yang kami cari tidak ada di tempat, alias sudah dipindahkan. Akhirnya, terakhir, aku berbekal channel dari adikku, menghubungi Yayasan Peduli Kasih ABK yang jaraknya lumayan dekat dengan kampus. Alhamdulillah bisa.


Lisa, Tania, Tegar
Setelah proses perijinan dengan pihak yayasan, kami dipertemukan dengan tiga adik-adik yang Masya Allah bikin haru. Tania, Lisa dan Tegar yang lincah dan nggak minder dengan kekurangan mereka mampu membuka mata kami mengenai arti keterbatasan yang sebenernya hanya kita sendiri yang menciptakan paradigma itu. Proses observasi pun selesai. Ditutup dengan nyanyi-nyanyi dengan diiringi iringan piano yang dimainkan oleh Tegar. Selain itu, kami juga dijamu pihak yayasan untuk buka bersama disana. Intinya, pertemuan dengan adik-adik itu sangat membuat kami untuk selalu bersyukur dengan segala yang kami punya.

Setelah PKL berakhir, tibalah masa pertanggungjawaban wkwk. Ya, UAS dua minggu sudah di depan mata. Sebuah hal yang sangat menyiksa di semester ini adalah laporan PKL, paper-paper untuk tugas akhir. Tujuh paper dari delapan matkul yang harus dikerjakan selama dua minggu. Nggak tau kenapa, setiap hari aku mikir, apa cukup waktu 24 jam sehari untuk menyelesaikan, setidaknya satu paper satu hari. Tapi, pada kenyataannya, ya semua itu berjalan penuh perjuangan pokoknya. UAS yang bertepatan dengan Ramadhan, membuatku kuat begadang sampai sahur tiba, dan itu selama beberapa hari. Entah seberapa kuat fisik ku saat itu hahaha. Yet, finally I have finished those all and decided to reward myself hoho.

Begitulah sekilas kisah di semester 6 yang mungkin nggak semuanya terulas. Banyak hal yang menjadi pelajaran sangat berharga di semester lalu dan menjadi evaluasi untuk semester depan. Banyak hal pula yang belum tercapai dan mau nggak mau di satu tahun terakhir ini harus dan semoga tercapai. Atau mungkin Allah punya planning lain yang lebih baik, who knows. Aamiin. :') 

You Might Also Like

0 komentar