Dikerjain Temen KKN

September 05, 2018

Malam itu, hari Sabtu, tanggal 14 Juli 2018. Kebetulan aku masih KKN (ada niat update cerita KKN, tapi sampe sekarang masih mager nulisnya wkwk). Nah sore hari, salah satu temenku, Wita, ngajakin aku buat ngeshoot beberapa ikon desa Jatirembe, desa tempat aku KKN. Akhirnya, aku pun mengiyakan, karena emang lagi gabut. Kami pun keliling desa berdua. Sebelumnya, dia bawa kamera udah ada isi memorinya. Nah, tapi, dia bawa memori lagi, buat cadangan katanya. Memori itu dititipin ke tasku, well. Oke lah. Akhirnya perekaman kami mulai dari SDN Jatirembe dan dilanjutkan ke MINU. Kami pun mengambil beberapa gambar dan video. Nggak lupa, kami juga numpang latar. Selain SDN dan MINU, kami juga mengambil objek beberapa rutinitas warga. Setelah ngerasa cukup, kami pun balik ke ma'had. Jadi, selama KKN, kami tinggal di ma'had yang letaknya di dalam SMA 45 Gresik.

Nah, since bangunan sekolah biasanya identik dengan dua sampai tiga lantai, ditambah suasana senja menjelang Maghrib yang bikin pemandangan disana makin keliatan bagus. Sempurna. Akhirnya, kami memutuskan naik ke rooftop sekolah. Pengennya sih ya ngeshoot ala-ala pemandangan gitu. Apalagi di sebelah bangunan sekolah ini ada ladang luas banget yang literally baguuuuuus. Sebelum naik ke rooftop, Wita ini minta tukeran memory card, which means, memory card yang dia pake di awal tadi dititipin ke tasku (tapi serius ini aku nggak sadar kalau dia nitipin ke tasku, ku kira dia bawa sendiri kan). Nah dari sini skenario dimulai, dan aku sama sekali nggak kepikiran bakal dikerjain.

Adzan Maghrib berkumandang, kami pun segera turun dan menuju ke ma’had. Aku yang agak pelupa, langsung aja naruh tas di ruang tamu, yang saat itu ada Putri. Sementara aku, Wita, dan beberapa temen yang lain langsung ke mushola untuk shalat jamaah. Setelah shalat, kami para ibu-ibu persiapan datang ke pengajian ibu-ibu PKK. Alhamdulillah acara berjalan lancar. Seperti biasa, kami masak di rumah Dita, dia ini salah satu anggota kami yang KKN di desanya sendiri. Jadi, kami selalu numpang masak di rumah Dita. Maaf ya, Dit :D

Nah, karena malam itu agak longgar, akhirnya kami mempunyai wacana untuk nonton bareng di ma’had. Berhubung selera orang beda-beda ya, akhirnya ada beberapa kubu yang nonton film interest masing-masing. Disini aku mulai sedikit curiga. Temen-temen pada chatting dan ketawa gitu. Menurut pengakuan Putri, ternyata mereka emang ngomongin aku yang katanya ngarep disurprisein hahaha. As I have told you guys, di potinganku tahun lalu, yang membahas tentang ulang tahun, I don’t really hope this such thing since my age isn’t young anymore. Jadi emang nggak ngarep apa-apa sih dari temen-temen.

Di hari Minggu paginya, beberapa dari kami pergi ke pasar untuk belanja bahan-bahan makanan. Of course, yang bakal dimasak di rumah Dita. That day went smoothly, nggak ada tanda-tanda kayak mengucilkan atau apa. So, I was so biasa aja juga. Kebetulan Minggu malam, ada final piala dunia, jadi kami mengadakan nonton bareng warga bekerjasama dengan karang taruna dan dibantu beberapa perangkat. As you can imagine that nobar ini pasti malem banget kan. Nah, anehnya, si Angga, ketua kelompok kami, malah ngajakin rapat evaluasi paska nobar. Anehnya, si temen-temen perempuanku ini nggak ada yang protes. Hm hm hm (ala Nissa Sabyan).

Akhirnya setelah nonton Warkop DKI, kami, para perempuan memutuskan balik ke ma’had untuk istirahat. In case kalau nanti evaluasi tengah malamnya jadi, kami punya sedikit bekal lah wkwk. Malam hari sekitar jam dua pagi, aku dan temen-temen kebangun but we were not very sure kalo evaluasinya bakal jadi. Akhirnya, bener, since temen-temen emang lagi capek banget, terutama yang laki-laki. Then we decided to postpone the evaluation.

Pagi harinya, Senin, 16 Juli, ada beberapa agenda yang harus dijalankan. Pertama, kordinasi dengan MINU terkait kegiatan kami selama di sana. Kedua, perkenalan dengan siswa-siswi SMA 45 Gresik dan sosialisasi kegiatan kami beberapa hari ke depan. I didn’t know why tapi dari pagi hari itu, moodku bener-bener ancur banget. Pertama, yang kordinasi kegiatan ke MI, kan udah diplanning aku bakal kesana sama Putri, eh tapi si Angga tiba-tiba changed and made aku sama Brian. Akhirnya aku maksa Putri buat ikutan, eh tapi kayak nggak ada yang ngebela aku gitu. Serius dari sini moodku udah nggak baik. Mungkin pas waktu itu emang lagi moody. Setelah dari MI ke SMA, nah terus kami ke balai desa.

Kebetulan salah satu program kami adalah Kelas Ibu Hamil yang bekerja sama dengan bidan desa. Di sini, sebenernya konflik kecil dimulai. Sebelum acara mulai, seperti biasa, aku bagian dokumentasi dan kebetulan PJ acara ini juga kordinasi sama Wita terkait kamera. Nah, disini dia bilang kalau kameranya ketinggalan di ma’had. Akhirnya, diambillah kamera Wita. Begitu mau dipake, ternyata nggak ada memory cardnya. Di sini dia kayak nanyain dimana aku nyimpennya. Berhubung aku udah agak badmood dari pagi, aku langsung bilang kalo aku nggak bawa dan kalaupun dititipin ke tasku, pasti masih ada. Tapi kenyataannya saat itu nggak ada. Bener-bener bingung, antara emang aku yang ceroboh atau gimana. Ngerasa bersalah banget kan. Akhirnya aku langsung cabut dan nyari spot lain buat ngefoto acara tersebut. Sebisa mungkin ngehindarin kontak sama temen-temen yang lain juga. Setelah acara, di saat yang lain mutusin masih di balai, aku justru mau ikut bu bidan ke rumah salah seorang warga yang punya gangguan. Yak, sekali lagi, sebisa mungkin aku menghindari temen-temen.

Setelah selesai, aku dan beberapa temen, langsung menuju ke ma’had. Aku ngerasa asing banget disana sejak kejadian memori hilang itu. Aku pun duduk-duduk di depan ma’had karena emang lagi males masuk. Nggak lama kemudian, temen-temen perempuan ku itu ngajakin makan bakso di daerah Duduk, tapi aku nolak, dan ini nggak biasa buat aku. Mereka tau, aku selalu suka kalo diajak kuliner. Ternyata, selama di bakso mereka ketawa-ketawa karena rencana ini. Sungguh jahat kalian hiks. Sore harinya, aku diajak Frida untuk survey Keluarga Sehat karena bagian dia memang belum selesai. Nah, di tengah perjalanan dia nanyain kenapa aku agak diem seharian ini. Aku langsung menyangkal, tapi sebenernya dalam hati mengiyakan.

Selepas survey, aku cuma bisa diem di kamar. Tiba-tiba si Wita datang terus kayak nanyain apa aku udah nyari memorinya dan bilang kalo aku nggak ada usaha buat nyari. Akhirnya menjelang maghrib, aku putuskan naik ke rooftop tempat kita ambil gambar kemarin. Nah disitu aku udah nangis, mikir aja gitu, masak gara-gara memory card, pertemanan bisa sampe kayak gini. Aku juga udah nanyain ke beberapa temen tempat jual memory card di Gresik dan beberapa usaha lainnya. Tapi nihil, sampai adzan berkumandang pun, aku masih di atas seakan semua makhluk di bawah itu sedang nggak berpihak padaku. Sampe akhirnya, beberapa temen manggil aku buat turun. Akhirnya aku memutuskan shalat maghrib di kamar sebelah. Sengaja aku lama-lamain di dalam, ngaji, doa, nggak tau pokoknya udah pasrah aja sama Allah gimana aku bakal jalanin kehidupan KKN setelah ngilangin memorinya Wita ini.

Ba’da maghrib, seperti biasa, kami makan bersama di ruang tamu. Tapi, aku nggak ada selera sama sekali. Akhirnya, aku duduk-duduk di depan ma’had sambil main HP, beberapa temen sudah berusaha ngajakin aku masuk dan ikut makan bareng, tapi aku memilih menghindari mereka. Setelah mereka makan, acara evaluasi yang sempet tertunda kemarin dimulai. Nah ini, baru aku masuk, karena merasa bertanggung jawab. Dengan konflik settingan itu, pasti suasana rapat jadi dingin dan nggak kondusif. Salah satu temenku, Nuris (biasa dipanggil mak), ngritik masalahku sama Wita yang dampaknya ke semua anggota. Dengan segala dinamika konflik yang disetting temen-temen akhirnya si Nuris ini keluar forum. Wita juga, dan ya jahat banget kalian :(

Akhirnya aku minta maaf ke Nuris ke Wita dank arena udah nggak sanggup nahan air mata. Aku pun nangis sejadi-jadinya dan nggak tau lagi apa yang bakal terjadi. Suasana KKN seperti apa yang bakal menghiasi kami di sisa-sisa hari yang masih panjang. Nah ketika aku nangis itu, Safa selalu berperan jadi protagonis wkwk. Udah. Dan tiba-tiba...

“Happy Birthday, Ayum…” ya semuanya nyanyi gitu, dan disitu aku makin nangis. Nggak tau lagi kenapa mereka sejahat ini, ngerencanain ini rapi banget. Huaaa. Terharu but nggak tau campur aduk lah rasanya :’) Setelah acara surprise ini, akhirnya mereka ngebongkar rencananya. Jadi, hari Sabtu sore, sewaktu aku mau shalat Maghrib, si Putri yang ngambil memory card Wita. Aih, bener-bener ya kalian ini. Duh, jadi kangen wkwkwk. By the way, terima kasih banget keluarga KKNku yang bener2 terlove.

Timbunan kenangan,
9 September 2018

You Might Also Like

0 komentar