Tutup Hapemu

April 30, 2019

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Halo teman-teman, akhirnya tersentuh juga blog ini setelah satu bulan saya tidak meninggalkan satu jejak pun. Postingan ini juga sebenarnya adalah tuntutan saya terhadap diri sendiri, agar istiqomah, meskipun setidaknya hanya akan ada 1 postingan tepat sebelum Mei.

Ah iya, dengan saya menulis ini di penghujung April, rupanya membuat saya harus kembali mengingat apa yang sudah terlewati. Jawabannya adalah, ternyata April saya banyak dikuras oleh proses pencarian data skripsi saya, yang mengharuskan saya berkutat dengan rumitnya birokrasi.

Hari ini, setelah beberapa kali mencoba ke kesana kemari namun nihil hasil, Alhamdulillah, segenap perijinan pengambilan data skripsi saya sudah disetujui. Jadi, saya hanya tinggal mengambil data ke sekolah beberapa kali sebelum kemudian saya lanjut menganalisis. Aduh, bismillah!

Nah, ada yang unik dari kisah hari ini, di tempat terakhir dari ketiga tempat yang saya dan teman saya kunjungi. Kami dipersilahkan masuk ke ruang kepala sekolah untuk membicarakan lebih lanjut tentang rencana penelitian kami. Nggak lama kemudian, ada seorang dokter yang juga merupakan tamu dari ibu kepsek. Setelah berbincang sebentar, tiba-tiba handphone sang ibu berdering, mangharuskan beliau untuk segera mengangkatnya. Rupanya, memang ada hal yang harus diurus sejenak. Akhirnya, terjadilah perbincangan antara dokter tersebut dengan dua guru yang kebetulan pada saat itu berada di ruang kepsek. Kami pun sedikit banyak "terpaksa" menyimak pembicaraan beliau-beliau yang memang menarik.

Di samping saya, teman saya sedang risau karena sebenarnya dia ada jadwal bimbingan. Kurang lebih 30 menit lagi. Sehingga, pada saat yang sama, mengharuskan dia untuk membuka hp dan menanyakan kepada teman kami yang lain untuk mengabarinya. Sempat terlintas juga untuk memberikan konfirmasi keterlambatan akan kedatangannya kepada dosen pembimbing, tapi urung. Tiba-tiba, dokter yang juga merupakan tamu tersebut menegur dengan nada tegas,

"Mbak, tolong kalau disini hapenya tutup aja!'


Sontak, saya terkejut. Teman saya pun demikian. Dokter tersebut kemudian memberikan penjelasan terkait merosotnya intensitas berinteraksi tersebab distraksi hp. Dianggap tidak menghargai yang berada di forum dan segenap alasan yang saya pun juga setuju. Terlepas dari cara menegurnya yang menurut saya agak neyelekit, tapi sebenarnya saya setuju.

Kita yang pada awalnya memang sama-sama mempunyai intensi untuk bertemu, seringkali sibuk dengan hp masing-masing. 

Berkaitan dengan konsep hidup minimalis yang belakangan sedang saya gandrungi. Di sana ada yang namanya konsep conscious living atau be present at the moment, hadir pada momen yang ada sekarang, saat ini, detik ini. Hal ini berkaitan juga dengan konsep mindfulness (hadir penuh sadar utuh). Terkadang, saya juga agak gedeg rasanya ketika sedang kumpul dan tidak ada interaksi di antaranya. Meskipun, saya juga seringkali kagok untuk mencari topik, jika lingkaran yang sedang saya temui tidak begitu dekat dengan saya. Maka saya akan mengalihkan ke handphone saya.

Dengan kejadian tadi, akhirnya menyadarkan saya untuk memperkuat be present tadi. Kita terlalu banyak menunduk tanpa tahu bahwa lawan bicara mungkin sebenarnya mempunyai banyak hal yang ingin disampaikan. Tapi, dengan perlakuan kita yang demikian, dia jadi enggan untuk melanjutkan. Alih-alih tidak direspon sesuai dengan harapan, lebih baik memendamnya saja.

Semoga ini jadi pengingat saya yang masih sangat sering tertunduk dan fokus pada dunia dalam genggaman itu Ah, skripsi saya, terima kasih perjalanannya. Pelajaran yang saya dapat, tidak hanya berkaitan dengan topik, namun banyak juga pelajaran hidup yang bisa dipetik. InsyaAllah akan ada edisi hikmah-hikmah perjalanan skripsi untuk menyuntikkan motivasi menuntaskannya!

You Might Also Like

0 komentar