Allah is the Best Planner (Edisi Kekunci)

February 07, 2019

Saya percaya bahwa setiap perjumpaan kita dengan orang baru, akan memberi hikmah untuk kehidupan kita ke depan. Hikmah itu bisa berupa pelajaran, pertolongan, atau hal lain yang belum sempat terpikirkan oleh nalar kita. Semua Allah yang menggerakkan. Kalau kata Mas Gun sih, setiap keputusan kecil kita saat ini, akan menggema di kehidupan kita ke depannya. Hmmm, kok nggak nyambung ya. Eh tapi, menurut saya, dari segi cocoklogi, mungkin dalam konteks ini, bisa jadi keputusan kita untuk memulai perkenalan dengan orang baru tersebut tanpa merasa gengsi. Hmmm, emang iya? Oke, begini ceritanya.

Beberapa hari yang lalu, seperti biasa, adalah jadwal magang saya, di salah satu unit yang ada di kampus. All day long, things seemed well. Long story short. Setelah ishoma, kami  (anak-anak magang) meneruskan pekerjaan-pekerjaan yang belum terselesaikan. Jam kerja sih sampe 16.30, tapi berhubung sore itu hujan deres banget, akhirnya kami memutuskan menunggu di kantor. Tiba-tiba, salah satu adik magang, minta dianterin shalat di tempat kami biasa shalat.

Nah, sambil jalan, saya bilang ke doi, "lo dek, tapi biasanya kalo udah jam segini, tempatnya dikunci". 


Belum mingkem saya, eh ternyata emang betul, ruangan itu sudah gelap dan dikunci. Kagetnya, kami melihat ada salah satu pegawai di dalam unit tersebut minta tolong, karena terkunci. Ternyata, eh saya kenal dengan mbak itu. Bingung dong, saya tanya mbak apa yang bisa tak lakukan biar bisa buka ini pintu. Akhirnya saya turun ke lantai satu, tempat security untuk nanyain kunci unit tersebut sesuai arahan mbaknya. Eh, ternyata Allah masih ingin menunjukkan skenarionya, si bapak itu bilang bahwa doi nggak nyimpen kunci dan bahkan cadangannya dan kami harus kordinasi sendiri dengan orang-orang yang kerja di unit itu.

Makin paniklah kita, di unit mbaknya ini, yang pegang kunci lagi nggak di Surabaya. Eh, tapi masih ada harapan kok, karena sebenarnya di ruangan itu terdiri dari beberapa unit lain yang memungkinkan masing-masing pimpinannya pegang kunci. Termasuk salah satunya adalah, tempat pimpinan unit magang saya. Tapi, sore itu, saya hopeless dan nggak berani nanya ke beberapa kadiv yang saat itu ada di ruangan utama kami. Terlebih para pimpinan sudah pada pulang.

Saya pamit ke mbaknya sebentar karena mau sekalian ambil tas di kantor. Eh terus, salah satu teman saya, nyuruh saya buat coba nanya ke salah satu kadiv yang ada disana. Belum selesai saya ngomong ke mbak X, eh mbak Y yang duduk di sebelahnya langsung bawa gerombolan kunci dan ngode ke saya buat ngambil. Alhamdulillah. Bener-bener lega tapi sebenarnya belum sepenuhnya lega. Since it hasn't been opened. Bismillah, kami bertiga ke tempat mbaknya dan nyoba bukain pintunya dan ternyata...

Alhamdulillah, pintunya kebuka dan si mbak ini nggak jadi kekunci. Bener-bener banyak hikmah sih dari kejadian ini. Terlebih hikmah atas perjumpaan saya dengan mbaknya beberapa bulan yang lalu. Skenario Allah memang seindah ini.

Faktanya saya dan mbak ini baru kenal beberapa bulan lalu, ketika saya ditakdirkan untuk bantu-bantu acara di unit mbaknya. Kami pun baru ngobrol beberapa kali, bisa diitung jari. Terus nih, dari sekian spot yang bisa dipake shalat, Allah nakdirin saya dan adik tingkat ini shalat di situ. Lagi, Allah kasih hujan, dan berkahnya adalah sebenarnya Allah menahan kami pulang, termasuk saya, teman-teman dan mbak Y yang bawa kunci ini. Terakhir, kok ya di unit itu, Alhamdulillahnya, ada ruangan pimpinan unit kami. Sekali lagi saya belajar, orang baik kayak si mbak ini, nggak mungkin Allah biarkan kesusahan.

Berkali-kali saya meyakinkan diri bahwa,

Allah adalah sebaik-baik skenario.

AM,
Yours, 

You Might Also Like

0 komentar