Sepotong Scene Manis Surabaya Pagi

February 11, 2019

Pagi ini, Surabaya sedang hujan. Segar. Berbeda dari biasanya. Hari ini kebetulan jadwal saya magang. Seperti biasa, masuk jam 8. Sebenarnya, sejak setelah shalat Shubuh, saya dan adik sudah merencanakan jogging di taman depan kos kami. Tapi urung, karena Allah mungkin sedang ingin mencurahkan rahmatnya untuk kota yang terkenal panas ini dan meminta kita untuk sejenak menikmati udara segarnya. Menit demi menit berlalu, berada di angka 07.30. Saya bingung harus berangkat naik apa. Terlebih jas hujan saya sedang sedikit bermasalah. Intinya tadi pagi, saya sedang malas bersepeda hujan-hujan.

picture: unsplash
Saya pun pinjam smartphone adik untuk ngecek harga go-car dan grab-car. Tapi, akhirnya saya thought twice and decided not to use that kind of transportation. Naluri anak kos ya. Saya pun sempat mikir, apa nunggu hujan reda ya. Eh tapi kalau redanya siang gimana dong. Di sisi lain juga saya berpikir sebisa mungkin kudu bisa tanggung jawab dan disiplin sama jadwal kantor.

Saya jadi ingat kata-kata salah seorang penulis, agak lupa sih gimana pastinya. Inti yang saya tangkap adalah,

Hidup manusia dihiasi hujan dan matahari. Hanya manusia-manusia tertentu yang mampu menerima keduanya. Ketika ada matahari, dia bisa beraktivitas pun dengan hujan dia tidak menghindari, apalagi membenci.  

Saya pun memaksa diri untuk nggak menggerutu dengan datangnya hujan pagi-pagi. Saya belajar dari orang-orang yang selalu memaknai setiap inci kehidupannya. Saya pun berusaha mengambil hikmah apa yang ingin Allah sampaikan. Hingga sampai pada jam 7.45. Saya tiba-tiba kepikiran naik bus kampus yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan sama sekali. 15 minutes to go. Saya pun bergegas dan mengambil payung. Jalan ke kampus dengan langkah cepat, sambil sesekali lihat jam di tangan. Karena bus akan berangkat jam 8 tepat.

5 menit lagi, saya mulai mempercepat langkah. Alhamdulillah, saya sampai di bus. Meski dengan terengah-engah. Beberapa menit kemudian, bus akhirnya berangkat. Di sini saya seolah mendapati diri bahwa saya memang sangat jarang sekali jalan kaki ke kampus. Mungkin ini cara Allah untuk mengganti wacana jogging saya dengan sedikit olahraga. What I've experienced before seemed nice to try in my next occasions. Terlebih dengan naik bus kampus, saya nggak perlu hujan-hujan laiknya gimana kalau pakai motor.

Kedua, saya lebih bisa menikmati perjalanan dengan tidak terburu-buru. Melihat bangunan-bangunan di sisi kiri saya, yang selalu saya abaikan ketika saya naik motor. Meski jatuhnya memakan waktu lebih lama. Tapi, pelajaran yang didapat hari ini sudah mampu membayar itu semua, kok. Ketika menulis surat ini, saya sudah duduk manis di kantor sambil tersenyum mengingat kebingungan saya tadi pagi. Begitulah, Allah selalu memberikan hikmah dengan skenario indahnya.

Ohya, ada hal konyol hari ini, ketika saya nulis closing postingan ini. Eh tiba-tiba admin saya ngomong yang kurang lebih percakapannya kayak gini,

C : Lo itu Ayu ta? 
A : Iya mbak. 
C : Kok kamu masuk hari ini? Kan jadwalnya udah ganti. 
A : Lah iya aku lupa mbak. Wkwkwk.

Duh, ada-ada saja sepotong scene manis pagi ini. By the way, kalian juga semangat ya menjalani hari-hari.

Cheers,
AM.

You Might Also Like

0 komentar