Malaysia, I am Coming! #2

October 01, 2018

Terhitung kurang lebih satu bulan sebelum keberangkatan. Kami mulai memesan tiket dan lain sebagainya. Bahkan, pemesanan tiket ini pun bukan tanpa drama. Jadi, setelah resmi dinyatakan sebagai partisipan AYC, kami mulai hunting tiket PP Surabaya-KLIA. Tentunya, kami mencari yang harganya miring. Nah, kebetulan, kami juga sudah bergabung di grup peserta AYC lainnya yang kebanyakan memang dari Indonesia. Suatu saat, salah seorang peserta menawarkan tiket Air Asia yang lebih murah jika dibanding dengan harga yang tercantum di aplikasi traveling lainnya. Awalnya, kami mengiyakan tawaran itu, toh ya murah. Selisih barang 100-200 ribu itu juga uang namanya. Diyya, salah satu anggota tim kami yang bertugas sebagai humas (ticket hunter) hampir mengiyakan tawaran tersebut. Tiba-tiba, beberapa dari kami ngerasa khawatir. Antara hati-hati atau suudzon yak, kami takut kalau ditipu :'D tapi jujur, nggak ada niatan suudzon loh hihi. Akhirnya, kami membatalkan order tiket di doi.


Tiba-tiba, lucunya, Diyya dichat oleh salah seorang anggota organisasi yang senaungan dengan kami bertiga. Yap, Mbak Devi namanya, jadi beliau menyarankan kami pesen tiket di temannya, who is orang yang sudah kami batalin pesanannya tadi. Nah, usut punya usut, dengan diskusi yang rada belibet, akhirnya kami memutuskan untuk jadi membeli tiket di orang sebelumnya ini. Qadarullah, kami dibarengkan dengan dua adik tingkat dari fakultasku. Setelah deal, aku dan Diyya mengantar uang pembayaran tiket ini ke rumah si mbak yang mau bantu kami tadi. Eh, ndilalah, ternyata beliau juga seorganisasi dengan kami bertiga. Pas, baru tau, aku dan Diyya langsung ketawa sejadi-jadinya. Bener-bener konyol deh. Maaf ya mbak, nggak maksud suudzon di awal wkwkwk. Akhirnya, pemesanan tiket selesai.

Eits, tapi, karena ini penerbangan internasional, maka setiap calon penumpang harus menyerahkan lembar identitas passport. Which is pada saat itu, Diki belum bikin passport. Untungnya, temennya mbak yang baik ini bisa dipesenin tiket dengan passport menyusul. Akhirnya nguruslah itu Diki. Dalam ngurusnya pun bukan tanpa kendala. Di hari pertama, dia harus balik karena beberapa miskomunikasi terkait berkas yang diperlukan. Oke, untungnya masih sabar teman ane ini. Besoknya dia balik lagi dengan membawa berkas yang diminta. Singkat cerita, bereslah masalah pengurusan passport Diki. Kurang lebih 4-5 hari sudah jadi dan bisa diambil. Lain kepala, lain pula ceritanya. Setelah Diki menyerahkan foto lembar identitas passportnya, ternyata salah satu dari rombongan kami, sebut saja Eky, harus menunggu beberapa hari passportnya jadi. Bersabarlah kami, karena e-ticket nggak bisa dikirim tanpa passport. Berkat kesabaran itu, akhirnya Diyya dapat email dari mbak yang baik hatinya tadi. Alhamdulillah, e-ticket sudah di tangan. Kami jadi berangkat :D

Setelah mencermati dengan teliti dokumen e-ticket itu, tiba-tiba Diyya notice kalau gender dia tertulis laki-laki. Wkwk. Gemparlah doi, gupuh cari informasi kesana kemari. Tapi, ada yang bilang kalau itu will not be a matter, yaudah santailah doi. Pembahasan di grup berlima (rombongan kelompokku dan adik tingkat) pun mulai menyangkut seputar itinerary. Sedangkan, grup kami bertiga (kelompokku) – yang sudah berpindah di line – membahas dan lebih banyak menyalurkan semangat untukku yang accidentally tertunjuk sebagai presenter mewakili grup, hiks. Ya, kami baru tau bahwa presentasi paper itu akan dilakukan oleh satu orang dari anggota kelompok. Diki dan Diyya pun sepakat menunjukku yang notabene nggak ada pengalaman di konferensi atau kompetisi sejenis. Yet, that’s okay, I will try to give my best :’)

Dari Juli ke September, kurang lebih dua bulan. Kini sudah di awal September. Makin dekat dengan hari H. Ohya, tak lupa, kami pun hunting penginapan yang sangat membutuhkan banyak pertimbangan. Akhirnya kami memutuskan menginap di hotel sederhana, yakni SS City Hotel yang berada di daerah Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Tiket siap, hotel juga siap. Beberapa hari sebelum keberangkatan, tiba-tiba Diyya masih khawatir dengan kesalahan penulisan gender dirinya di e-ticket. Akhirnya, doi ngajak aku untuk ke kantor Air Asia yang ada di Tunjungan Plaza. Senin, empat hari sebelum keberangkatan, kami pergi ke TP. Dengan bermodalkan GPS yang dibawa dan didikte Diyya agar dituntun sampai ke tujuan dengan selamat. Termasuk selamat dari tilang polisi. Eh, alih-alih selamat, kami justru salah ngambil jalan dan hampir ditilang. Alhamdulillah, ada seorang bapak gojek yang nyaranin kami untuk ambil lajur lurus. Akhirnya kami nggak jadi ditilang :') Kami pun sampai di kantor Air Asia. Urusan gender dan pemesanan bagasi pulang pun selesai. Tiga hari sebelum keberangkatan, kami berlima memutuskan untuk diskusi langsung guna membahas teknis, barang bawaan, itinerary termasuk penukaran uang Rupiah ke RM yang akhirnya kami lakukan H-1 keberangkatan. Oke semua sudah siap, keesokan harinya, Jumat, 21 September 2018 adalah hari keberangkatan. Then, the journey will be started. See you soon, Negeri Jiran!




To be continued…

You Might Also Like

0 komentar