Egois?
December 05, 2018
Postingan ini akan membahas sedikit kontemplasi yang sampai saat
ini saya juga belum menemukan jawaban atas itu. Di pekan-pekan penghujung
semester plus akhir tahun ini, pastinya, kebanyakan orang akan mulai membuat
rencana perjalanan hidupnya di semester dan tahun depan. Terlebih seperti saya
yang kontraknya (seharusnya) hanya tinggal satu semester lagi.
Beberapa planning sudah ada di depan mata, mulai dari magang, mengembangkan
edukasi privat bahasa Inggris, bergabung dalam komunitas sosial di luar kampus
serta yang paling penting, skripsi.
Jika beberapa orang sudah mulai membuat rencana-rencananya yang
mungkin belum tersusun manis. Maka, beberapa organisasi juga sudah mulai
melanjutkan estafet ke generasi selanjutnya yang kemudian diikuti dengan
perekrutan anggota secara tertutup untuk bagian-bagian tertentu. Siapapun yang
sudah mengetahui akan amanahnya setahun ke depan, semoga kalian dikuatkan!
Beberapa hari yang lalu, salah seorang teman mengontak saya. Dia
menanyakan kesediaan saya untuk memegang amanah di salah satu bidang. Hal-hal
yang membayangi pikiran saya pada saat itu adalah rencana-rencana saya dan
skripsi serta wajah ibu dan ayah. Namun, saya juga selalu ingat, mungkin itu adalah
salah satu jalan kebaikan yang Allah kasih. Ditambah Q.S. Muhammad:7 yang
selalu menjadi motto para aktivis dakwah, yakni:
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
Saya meminta waktu untuk menjawab pertanyaan itu sembari menunggu
hasil diskusi dengan ibu. Setelah diskusi singkat via chat Whatsapp, akhirnya
ibu memperbolehkan dengan catatan, nggak berdampak ke target kapan
lulus dan wisuda. Sebenarnya, saya tau jawaban itulah yang akan keluar,
mengingat selama saya berdiskusi seputar kuliah dengan ibu, apapun duduk
permasalahannya selalu itu yang menjadi kesimpulannya. Akhirnya, saya bersedia
meskipun masih ada pilihan-pilihan lain yang saya rasa jauh lebih mumpuni.
Keesokan harinya, saya pulang ke rumah. Saya, ibu, dan mbak
berdiskusi masalah planning ke depan termasuk skripsi. Ibu memang bukan alumni
kuliahan, jadi apa yang beliau pikirkan adalah bagaimana anaknya lulus tepat
waktu sehingga bisa melanjutkan ke tahap-tahap kehidupan yang lain. Dari hasil
diskusi itu, ada satu hal yang membuat saya bertanya-tanya sampai saat ini.
"Ndang lulus, kalau bisa diplanning wisuda tercepat di tahun 2019, apa nggak kasihan to sama ayah ibu kalau kamu molor kuliah. Mesti bayarin UKT dobel sama adikmu. Jangan egois ikut organisasi sana sini, tapi skripsi terbengkalai."
Deg. Saya tertegun sekaligus bertanya-tanya. Sebenarnya mana yang
lebih disebut egois. Apakah ketika saya bersikeras mengerjakan skripsi demi
menuntaskan amanah orang tua sehingga tidak mengaamiini ketika dimintai tolong di
organisasi atau ketika saya masih berusaha berkontribusi di sebuah organisasi
yang mungkin akan berdampak ke skripsi. Meskipun kedua hal ini juga seharusnya
nggak dibenturkan tapi ada hubungan sebab akibat di dalam keputusan-keputusan
itu.
Akhirnya setelah mencoba berdamai dengan pertanyaan-pertanyaan
tersbeut. Tetap. Ridho orang tua nomer satu dan jalan kebaikan itu luas,
terbuka dimana saja. Nggak cuma di organisasi Islam tertentu. Menjadi volunteer
di kegiatan sosial pun bisa dikategorikan sebagai jalan kebaikan, bukan?
0 komentar