Egois?

December 05, 2018

Postingan ini akan membahas sedikit kontemplasi yang sampai saat ini saya juga belum menemukan jawaban atas itu. Di pekan-pekan penghujung semester plus akhir tahun ini, pastinya, kebanyakan orang akan mulai membuat rencana perjalanan hidupnya di semester dan tahun depan. Terlebih seperti saya yang kontraknya (seharusnya) hanya tinggal satu semester lagi. Beberapa planning sudah ada di depan mata, mulai dari magang, mengembangkan edukasi privat bahasa Inggris, bergabung dalam komunitas sosial di luar kampus serta yang paling penting, skripsi.

source: unsplash.com (@nickmorrison)
Jika beberapa orang sudah mulai membuat rencana-rencananya yang mungkin belum tersusun manis. Maka, beberapa organisasi juga sudah mulai melanjutkan estafet ke generasi selanjutnya yang kemudian diikuti dengan perekrutan anggota secara tertutup untuk bagian-bagian tertentu. Siapapun yang sudah mengetahui akan amanahnya setahun ke depan, semoga kalian dikuatkan!

Beberapa hari yang lalu, salah seorang teman mengontak saya. Dia menanyakan kesediaan saya untuk memegang amanah di salah satu bidang. Hal-hal yang membayangi pikiran saya pada saat itu adalah rencana-rencana saya dan skripsi serta wajah ibu dan ayah. Namun, saya juga selalu ingat, mungkin itu adalah salah satu jalan kebaikan yang Allah kasih. Ditambah Q.S. Muhammad:7 yang selalu menjadi motto para aktivis dakwah, yakni:
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
Saya meminta waktu untuk menjawab pertanyaan itu sembari menunggu hasil diskusi dengan ibu. Setelah diskusi singkat via chat Whatsapp, akhirnya ibu memperbolehkan dengan catatan, nggak berdampak ke target kapan lulus dan wisuda. Sebenarnya, saya tau jawaban itulah yang akan keluar, mengingat selama saya berdiskusi seputar kuliah dengan ibu, apapun duduk permasalahannya selalu itu yang menjadi kesimpulannya. Akhirnya, saya bersedia meskipun masih ada pilihan-pilihan lain yang saya rasa jauh lebih mumpuni.

Keesokan harinya, saya pulang ke rumah. Saya, ibu, dan mbak berdiskusi masalah planning ke depan termasuk skripsi. Ibu memang bukan alumni kuliahan, jadi apa yang beliau pikirkan adalah bagaimana anaknya lulus tepat waktu sehingga bisa melanjutkan ke tahap-tahap kehidupan yang lain. Dari hasil diskusi itu, ada satu hal yang membuat saya bertanya-tanya sampai saat ini.
"Ndang lulus, kalau bisa diplanning wisuda tercepat di tahun 2019, apa nggak kasihan to sama ayah ibu kalau kamu molor kuliah. Mesti bayarin UKT dobel sama adikmu. Jangan egois ikut organisasi sana sini, tapi skripsi terbengkalai."
Deg. Saya tertegun sekaligus bertanya-tanya. Sebenarnya mana yang lebih disebut egois. Apakah ketika saya bersikeras mengerjakan skripsi demi menuntaskan amanah orang tua sehingga tidak mengaamiini ketika dimintai tolong di organisasi atau ketika saya masih berusaha berkontribusi di sebuah organisasi yang mungkin akan berdampak ke skripsi. Meskipun kedua hal ini juga seharusnya nggak dibenturkan tapi ada hubungan sebab akibat di dalam keputusan-keputusan itu.

Akhirnya setelah mencoba berdamai dengan pertanyaan-pertanyaan tersbeut. Tetap. Ridho orang tua nomer satu dan jalan kebaikan itu luas, terbuka dimana saja. Nggak cuma di organisasi Islam tertentu. Menjadi volunteer di kegiatan sosial pun bisa dikategorikan sebagai jalan kebaikan, bukan?

You Might Also Like

0 komentar