2018, at glance

January 01, 2019

Hari kedua di tahun 2019. Masih dengan semangat yang sama di hari kemarin. Semangat untuk mencoret satu per satu rangkaian mimpi yang sudah tertulis. Semangat untuk berbenah, memburu kebaikan dan tidak lupa menebarkannya. Semangat untuk mampu mengenal manusia dengan segala perbedaan sifatnya yang kita percayai adalah bagian dari prosesnya mendewasa. Di dalamnya, terdapat andil dari berbagai perjalanan dan pelajaran kehidupan yang telah kita lewati di tahun sebelumnya. Kini, kita mulai memahami satu persatu hikmah dan pelangi atas setiap peristiwa yang  terjadi, sekalipun itu menyakitkan selama 12 bulan kemarin.

picture: unsplash
2018, tahun yang kembali berdinamika setelah menjalani hidup dengan agak 'tenang' di 2017. Hampir seluruh perhatian dan energi terkuras di paruh pertama. Tahun ini, saya belajar mengenai arti komitmen, terutama iman. Beberapa hal yang seolah sudah tersepakati antara hati dan pikiran saya kembali terkoyak, hampir runtuh. Saya menjalani hidup dengan setengah hati. Sampai akhirnya, saya memahami kembali makna dari setiap episode yang Allah gariskan.

Dihadirkannya orang-orang yang mampu membuat saya semakin lihai mengontrol emosi. Terutama agar terus bersabar dan sedikit bodoh amat. Juga beberapa episode yang seolah datang bertubi-tubi untuk meminta ketegasan. Siapa pun kamu, terima kasih atas banyak pelajarannya.

Di tahun ini juga, kali pertama saya terbaring di rumah sakit yang mengharuskan untuk sementara tinggal disana. Kelelahan dan gejala DB katanya. Dari sini saya belajar akan mahalnya sebuah nikmat sehat. Saya juga belajar arti ketulusan dan rasa cinta ibu yang selalu tersampaikan dengan tindakannya. Ibu yang setia di samping saya. Memaksa ketika saya enggan makan, membopong saya ketika hendak ke kamar kecil, dan ibu pula yang rela naik-turun tangga rumah sakit untuk sekedar membelikan saya pentol. Terima kasih, ibu, semoga sehat selalu.

Tahun ini pula saya belajar arti kehilangan. Tentang bagaimana bodohnya saya menyia-nyiakan kesempatan. Saya kehilangan kakek. Beliau yang selalu saya perhatikan dari kejauhan, yang selalu saya dekap dengan doa meski raga tidak bersua.


"Mbah, maafkan aku. Terima kasih atas kasih sayangmu yang selalu terkucur untukku. Maaf waktu terlama dan terakhir kita berbincang hanya ketika aku mendampingimu di rumah sakit selepas lebaran lalu. Mbah, tenang ya disana."
Setelah berbagai episode yang mungkin di mata manusia dinilai pahit. Allah seolah menghadirkan pelangi. Saya dipertemukan dengan keluarga baru, teman-teman KKN saya. Yang dengannya, saya melihat dengan nyata bagaimana doa saya terkabulkan. Saya dipertemukan dengan mereka yang kesemuanya tertaut hatinya ke Allah. Yang dengannya, saya tidak perlu ragu untuk sekedar mengajaknya shalat berjamaah. Yang dengannya, saya tidak pernah disentil kenapa saya selalu memakai kaos kaki, sekalipun hanya makan bersama di ruang depan. Terima kasih teman-temanku, semoga urusan kalian Allah mudahkan!

Allah seolah terus ingin menunjukkan betapa saya harus diuji dengan rasa syukur. Alhamdulillah, saya kembali bisa merasakan perjalanan menjelejahi negara tetangga, melihat twin tower dengan nyata. Mengaguminya dari bawah. Sekali lagi, terima kasih Allah.

Tahun ini pula, awal perjalanan skripsi saya dimulai. Dengan mata kuliah thesis writing design sebagai perantaranya. Saya dipertemukan Allah dengan dosen pembimbing yang sekaligus guru spiritual saya. Beliau yang dengan sabar membimbing saya. Tidak segan membekali saya hard copy tesis untuk saya baca di kos. Beliau yang seringkali muncul insight di setiap konsultasi. Meskipun, tak jarang idenya datang di ujung deadline. Membuat saya harus ekstra menyelesaikan. Ibu, terima kasih bimbingannya, semoga sehat selalu. Ohya, mohon doanya juga teman, semoga skripsi saya dilancarkan dari awal-hingga akhir. Aamiin. Tak lupa, semoga kalian juga pastinya!

Terakhir, saya belajar bagaimana lebih menghargai arti sebuah persahabatan dan lingkaran pertemanan. Saya yang masih banyak alfa dan jauh dari layak untuk disebut sahabat. Terima kasih kalian mengajarkan banyak hal. Semoga kita dibangunkan rumah satu kompleks di surga-Nya nanti!

Terima kasih, kalian.
Terima kasih, 2018.
Terima kasih, ya Allah.

You Might Also Like

0 komentar