Jangan-jangan Nol

January 04, 2019

Kemarin adalah kali kedua saya membuka situs penyedia beasiswa. Beasiswa tersebut merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia dengan sedemikian rupa proses seleksinya yang terbilang ketat. Kemarin pula adalah kali kedua saya mengurungkan niat untuk mengisi form online sebagai langkah pertamanya. Alasannya sederhana, saya belum cukup berani untuk mengisi karena memang nggak ada yang bisa saya isi.

Di beberapa persyaratan sebenarnya sudah tertulis bahwa calon penerima harus memenuhi beberapa kriteria. Namun, karena saya juga penasaran, akhirnya saya bukalah situsnya dan hal-hal tersebut membuat saya tertegun. There was no requirement that I could fill. Saya bernapas panjang.

Apa yang terjadi seolah menampar diri saya dan mempertanyakan pertanggungjawaban tentang waktu yang selama ini sudah saya habiskan. Bahkan, hampir 4 tahun saya berada di dunia kampus. Nggak ada kegiatan sosial yang berarti yang pernah saya lakukan. Menulis di media cetak? Jangan ditanya! Enggak pernah juga. Menjadi pembicara? Hah, apa juga yang bisa saya sampaikan dengan prestasi minim ini. Saya cuma bisa memanfaatkan laman sosial media saya untuk menyuarakan isi hati. Kebanyakan sih ya repost dari akun seseorang terkait ajakan tentang kebaikan.

Hmmm tunggu...

picture: unsplash
Ajakan tentang kebaikan? Tapi mengapa saya belum bisa mengisi kolom mengenai kegiatan sosial yang pernah saya lakukan itu? Jangan-jangan saya hanya bisa berkoar-koar tanpa aksi? Ataukah saya hanya tergiur dengan produktivitas semu yang setiap saat saya tonton dari youtube, ig, atau dengan mendengarkan podcast, namun tetap minim aksi? Ah, NOL jadinya.

Kita seringkali merasa sudah berbuat banyak dengan segala hal kebaikan yang kita share di akun-akun sosial media kita. Kita seringkali merasa sudah cukup produktif dengan hanya melihat video productivity tips di youtube selama berjam-jam. Tapi, barangkali kita lupa. Ilmu-ilmu itu hanya kita serap di kepala dengan manggut-manggut, tanpa ada aksi nyata.

"Ah, aku malu padaMu, ya Allah. Betapa banyak sumpah yang Kau tuangkan dalam ayat-ayatMu mengenai waktu."

Time is money memang benar adanya. Andai bisa saya beli, akan saya beli waktu sedari awal saya masuk kampus. Sayangnya tidak, barang sedetik pun. Bismillah, semoga ini jadi reminder kita untuk selalu mengusahakan aksi dari kebaikan-kebaikan yang pernah terpikirkan. Semoga Allah mudahkan.

Ohya, doakan saya juga ya!

You Might Also Like

0 komentar